Alhamdulillah pada tahun ini tepatnya pada
tanggal 12 Rabiul Awal 1435 H lalu, atau tanggal 4 Januari 2015 kita telah
diberi kesempatan oleh Allah untuk sama-sama memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW, atau biasanya lebih dikenal masyarakat dengan sebutan “Maulid
Nabi / Maulud “.
Nah, lalu bagaimanakah Sejarah terjadinya Maulid Nabi?
Peringatan Maulid Nabi ini pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil
(wilayah Irak sekarang), bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke
7 Hijriyah. Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid
Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Beliau
merayakannya secara besar-besaran. Beliau adalah seorang yang berani, pahlawan,
alim dan seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya.
Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn al-Jauzi bahwa dalam peringatan
tersebut raja al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh para
ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik ulama fiqh, ulama hadits, ulama kalam,
ulama ushul, para ahli tasawwuf dan lainnya. Sejak tiga hari sebelum hari
pelaksanaan beliau telah melakukan berbagai persiapan. Ribuan kambing dan unta
disembelih untuk hidangan para tamu yang akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi
tersebut.
Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa yang
dilakukan oleh raja al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua mengapresiasi dan
menganggap baik perayaan maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.
Ibn Khallikan dalam kitab Wafayat al-A’yan menceritakan bahwa al-Imam
al-Hafizh
Ibn Dihyah datang dari Maroko menuju Syam untuk selanjutnya menuju Irak, ketika
melintasi daerah Irbil pada tahun 604 H, beliau mendapati Raja al-Muzhaffar,
raja Irbil tersebut sangat besar perhatiannya terhadap perayaan Maulid Nabi.
Oleh karenanya al-Hafzih
Ibn Dihyah kemudian menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi yang diberi judul “at-Tanwir Fi
Maulid al-Basyir
an-Nadzir”. Karya ini kemudian beliau hadiahkan kepada raja
al-Muzhaffar.
Para ulama, semenjak masa raja
al-Muzhaffar dan masa sesudahnya hingga sampai sekarang ini menganggap bahwa
perayaan maulid Nabi adalah sesuatu yang baik. Jajaran para ulama terkemuka dan
Huffazh
al-Hadits telah menyatakan demikian. Di antara mereka seperti
al-Hafizh
Ibn Dihyah (abad 7 H), al-Hafizh al-'Iraqi (W 806 H), Al-Hafizh
Ibn Hajar al-'Asqalani (W 852 H), al-Hafizh as-Suyuthi (W 911 H), al-Hafizh
as-Sakhawi (W 902 H), Syekh Ibn Hajar al-Haitami (W 974 H), al-Imam an-Nawawi
(W 676 H), al-Imam
al-‘Izz ibn 'Abd as-Salam (W 660 H), mantan mufti Mesir; Syekh
Muhammad Bakhit al-Muthi'i (W 1354 H), Mantan Mufti Bairut Lebanon; Syekh
Mushthafa Naja (W 1351 H) dan masih banyak lagi para ulama besar yang lainnya.
Bahkan al-Imam
as-Suyuthi menulis karya khusus tentang maulid yang berjudul “Husn
al-Maqsid Fi ‘Amal al-Maulid”. Karena itu perayaan maulid Nabi,
yang biasa dirayakan di bulan Rabi’ul Awwal menjadi tradisi ummat Islam di seluruh
belahan dunia, dari masa ke masa dan dalam setiap generasi ke generasi.
Beberapa Hikmah dan Manfaat dalam Memperingati Maulid Nabi?
·
Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat,
dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS
Al-Ahzab: 56).
·
Meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW. Bagi seorang mukmin,
kecintaan terhadap Rasulullah SAW. adalah sebuah keniscayaan, sebagai
konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada di atas
segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan isteri, kecintaan terhadap harta,
kedudukannya, bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah
bersabda,
“Tidaklah
sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada
orangtua dan anaknya. (HR. Bukhari).”
·
Abu Bakar ash-Shiddiq Telah berkata Sayyidina Abu Bakar
As-Shiddiq: “Barangsiapa yang menafkahkan satu dirham bagi menggalakkan bacaan
Maulid Nabi saw., maka ia akan menjadi temanku di dalam syurga.” (sumber …dari
kitab anni’matul kubr…o ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya
Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
·
Umar bin Khottob al-Furqon Telah berkata Sayyidina ‘Umar:
“Siapa yang membesarkan (memuliakan) majlis maulid Nabi saw. maka sesungguhnya
ia telah menghidupkan Islam.” (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa
al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu
Hajar al-Haitami as-Syafii)
·
Utsman bin ‘Affan Dzun-Nuraini Telah
berkata Sayyidina Utsman: “Siapa yang menafkahkan satu dirham untuk majlis
membaca maulid Nabi saw. maka seolah-olah ia menyaksikan peperangan Badar dan
Hunain” (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii
waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
·
Ali bin Abi Tholib Karomallahu wajhah Telah berkata ‘Ali : “Siapa yang membesarkan majlis maulid Nabi
saw. dan karenanya diadakan majlis membaca maulid, maka dia tidak akan keluar
dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan masuk ke dalam syurga tanpa
hisab”. (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii
waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
~ Semoga bermanfaat ^^
Post a Comment