Tik..tik..tik...
Suara hujan masih terdengar jelas. Tampaknya air yang berterbangan sedari tadi siang tak mau berhenti. Namun aku masih duduk di sini ditemani "Parmin"boneka beruangku, aku masih saja tenggelam dalam duniaku. Membaca itulah kegiatanku pasca ujian. Banyak waktu yang ku habiskan untuk membaca. Anehnya, aku tertarik pada satu buku karya Enno El-Khairity,dkk.
Buku dengan cover dominan coklat, terlihat menawan dengan gambar gadis berparas cantik yang dilukis, TRUE STORIES. Kata itu yang memikat hatiku untuk mulai membuka lembar demi lembar buku yang telah kusut itu. Buku itu ku peroleh saat ku menginjak usia 14 tahun, itu hadiah satu-satunya yaang diberi oleh kakak sepupuku.
Satu, dua, tiga, Tak terhitung berapa judul BAB yang kubaca setiap harinya. Isinya sama secarik kain di kepalaku. Tapi ada yang luar biasa saat aku membaca Bab yang berjudul "Jilbabku Cintaku" sampai-sampai terhayut dalm cerita itu. Hingga keesokan harinya, aku ingin membicarakan sesuatu hal dengan teman spesialku. Panggil saja dia dengan,"boy" (nama depan dari boyfriend).
"Semalam aku baca buku dan aku nemuin cerita yang seru", ujarku mengawali pembicaraan.
"Di novel ya? Itu cuma bohongan. Emang cerita apa?"
"Brug!" Aku menyodorkan sebuah buku dari dalam tasku.
"Tentang Jilbab?" Tanyanya heran.
"Yah, Emang kenapa?"
Suasana menjadi berbeda . Perlahan, mulai ku ceritakan kisah dalam judul cerita ke-16 itu pada boy.
"Udah, itu tok? Terus kenapa kamu jadi gini?" boy bertanya sambil berolahraga tangan membalas pesan singkat dari temannya.
"Aku pingin pakai jilbab" jawabku.
"Hah??????? Serius???" Boy heran dengan kening yang terlihat mengkerut.
"Iyalah. Gimana pendapatmu?"
"Iyalah. Gimana pendapatmu?"
"Orang sekarang itu banyak yang pakai jilbab tapi muna?" bentak Boy.
"Apa kamu juga menuduhkku seperti itu? Kan tidak setiap orang yang berjilbab begitu?" jawabku kesal sambil meninggalkan Boy.
Malam ini sunyi. Aku tak mau lagi membaca buku. Jangankan membacanya, atau sekedar membukanya atu menyentuhnyapun aku tak mau. Sekarang aku hanya terbayang perkataan boy terlebih lagi pesan singkat yang ia kirimkan.
"Heh! Dengerin! Di Sekolahmu yang baru itu banyak yang lebih cantik, lebih pintar, lebih dari kamu! Coba mandang kamu pakai jilbab gimana?" pesan singkat Boy.
Tuhan.. rasanya sakit. Apa Boy tak memandang perasaanku? Kenapa kisah pada cerita "Jilbabku Cintaku" itu benar-benar terjadi kepadaku? Aku harus memilih antara meneruskan niatku memakai jilbab ataukah menuruti perkataan orang yang telah mengisi hatiku selama 6 bulan ini? Begitu sulit.
Dua hari berlalu, selama itu Aku dan Boy diam-diaman. Aku juga udah cerita ke Mamah, dan sama dengan cerita itu. Mama hanya mengingatkanku, bahwa berjilbab itu adalah wajib bagi setiap muslimah. Mama tidak mau memaksaku untuk memakai jilbab. Mama juga bilang memakai jilbab itu nggak boleh setengah-setengah, dan nggak boleh pakai jilbab lepas lagi.
Niatku semakin bulat setelah aku tak sengaja mendengar siaran radio yang saat itu membacakan salah satu firman Allah pada surah AN-Nur ayat 31.
Aku termenung mendengar uraian ayat tersebut. Dan aku mencoba mencari ayat itu di dalam Al-Qur'anku sendiri,tapi aku terus menerus bimbang dan aku mencari referensi lain tentang jilbab, hingga akhirnya akupun menarik kesimpulan.
"Jilbab, secarik kain di kepala yang merupakan salah satu perlengkapan busana wanita muslimah. Namun, tak semua wanita meslim memakainya. Mengenakan jilbab itu hukumnya wajib, dengan segala ketentuan dan kebaikannya. Jilbab juga terbukti punya manfaat dan keutamaan yang besar bagi para wanita."
Aku tidak peduli dengan pendapat Boy. Dia hanya "pacarku" tidak berhak untuk mengaturku. Dan kini aku yakin akan mengenakan secarik kain kepadaku. Hal positif itu didukung kedua orang tuaku serta keluarga besarku. Terlebih teman baruku juga banyak yang akan memakai jilbab. Aku tak peduli jika hubunganku dengan Boy selama setengah tahun harus kandas.
Sebagai lelaki, calon pemimpin keluarga seharusnya mendukung segala hal positif jika ia mencintaiku. Toh jilbab nggak serendah yang ada dipikirannya. Kalau jilbab itu tidak bnayak manfaatnya, buat apa banyak wanita yang memakainya.
Post a Comment