Suatu hari, ia menghadiri pengajian yang disampaikan oleh salah seorang dai. Di saat membawakan pengajian, si dai berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Dua kalimat ringan di lidah, tetapi berat di timbangan dan disukai Yang Maha Pengasih; Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahal azhim (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya, Mahasuci Allah dan Mahamulia).’” (HR. Al-Bukhari)
Hati lelaki sederhana ini tergerak mendengar kalimat itu. Setelah pengajian selesai, ia keluar dan bertekad untuk berdakwah menyampaikan hadits tersebut.
Mulailah ia menemui pedagang sayur dan berkata, “Dua kalimat ringan di lidah…” kemudian menemui tukang jagal.Satu-satunya keinginan dia adalah mengajarkan hadits ini kepada seluruh manusia.
Suatu ketika, orang tersebut menderita sakit keras sampai harus menjalani operasi. Dokter yang menanganinya kebetulan tidak shalat dan tidak pula mengenal masjid. Setelah operasi, tiba-tiba orang itu bangun, padahal ia masih dalam pengaruh anestasi. Ia berkata, “Wahai dokter.” Si dokter bertanya, “Apakah engkau menginginkan sesuatu?” Ia berkata, “Dua kalimat ringan di lidah, tetapi berat di timbangan dan disukai Yang Maha Pengasih; Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahal azhim (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya, Mahasuci Allah dan Mahamulia),” kemudian lelaki itu meninggal.
Si dokter merasa heran orang itu bisa bangun di bawah pengaruh obat bius sekadar untuk menyampaikan hadits ini. Menyaksikan peristiwa itu, dokter itu pun bertaubat, kemudian pergi untuk menuntut ilmu agama sampai akhirnya sekarang menjadi dai terkemuka. Semua itu masuk ke dalam timbangan kebaikan lelaki sederhana yang tidak belajar ilmu agama, tetapi ikhlas berdakwah mengajak manusia kepada Allah swt meskipun sekadar dengan satu hadits.
Post a Comment